Jangan Ciptakan Syarat Kebahagiaan

Tanga, Tanzania, Anak Laki Laki, Anak, Close Up, Makro

Ketika masih anak-anak, kita semua selalu berbuat semaunya, berkata semaunya, dan tentunya… bergembira semaunya. Anak-anak tidak mengenal aturan, mereka tidak tahu mana yang benar dan mana yang salah. Oleh karena itu mereka berbuat seenaknya sehingga mereka bisa merasakan kegembiraan dan juga kesedihan (bukan kesedihan juga sih, tapi gak tau mau jelasinnya gimana), mereka melakukan apa yang mereka anggap menarik dan menolak apa yang mereka anggap membosankan.

Anak-anak memang seringkali mengacuhkan aturan, karenanya mereka juga tidak punya syarat untuk menjadi senang. Karena mengacuhkan aturan pula mereka semakin belajar bahwa beberapa aturan ada yang harus diikuti dan beberapa aturan yang lain tidak perlu diikuti.

Semakin bertambahnya usia, manusia akan menciptakan berbagai aturan untuk dirinya dan/atau orang lain, walaupun seseorang itu hanya tinggal sendiri di dalam hutan dia tetap akan membuat aturan dengan bagaimana caranya agar dia menjadi gembira –seperti membunuh beruang, singa, serigala, dan hewan buas lainnya. Sama halnya dengan orang-orang di daerah manapun, zaman kapanpun, baik itu anak muda atau orang tua.

Ponsel, Smartphone, 3D, Manipulasi, Layar, App

Kita memang tahu bahwa anak-anak yang pada masa remaja seringkali memposting keseharian mereka atau beragam hal lain yang berhubungan dengan mereka di media sosial seperti makan di restoran, nonton di bioskop, atau pamer kemewahan untuk mencari perhatian, mereka juga ingin menunjukkan bahwa diri mereka juga mengikuti tren seperti halnya yang lain.

Mereka ingin menjadi sama dengan teman-temannya, agar terlihat bergengsi, dan itulah syarat yang sebagian besar dari mereka ciptakan untuk menjadi bahagia. Ini hanya salah satu contoh dari berbagai macam syarat dari remaja untuk kebahagiaan mereka.

Ada pula yang membuat syarat untuk bahagia dengan mencapai prestasi.

Pengusaha, Startup, Start-Up, Pria, Perencanaan, Bisnis

Orang-orang dewasa juga membuat syarat untuk bahagia dengan cara yang bermacam-macam, salah satu contohnya adalah orang-orang yang memiliki ambisi yang besar untuk meraih kesuksesan yang mereka masing-masing dambakan seperti menentukan target pencapaian dalam jangka waktu tertentu. Memiliki ambisi adalah ciri orang sukses, tetapi jika mewujudkan mimpi dijadikan sebagai standar kebahagiaan, maka kita tidak akan pernah bahagia dalam proses pencapaiannya.

Dengan tidak menjadikan sesuatu sebagai syarat untuk bahagia, bukan berarti membuat kita tidak dapat mendapatkan sesuatu tersebut, malah menjadikan kita lebih produktif. Sebagai contoh, seorang pelajar yang mencintai belajar akan mendapatkan nilai yang lebih tinggi dibandingkan seorang pelajar yang belajar dengan tujuan untuk mendapatkan nilai tinggi dan akhirnya hanya belajar dengan keterpaksaan sehingga mendapatkan nilai yang tak sebanding dengan waktu yang ia gunakan untuk belajar.

Piala, Kemenangan, Pemenang, Penghargaan, Emas, Hadiah

Orang jarang berhasil dalam hal apapun, kecuali mereka mendapatkan kesenangan dalam mengerjakannya. Bukan seperti pemahaman orang awam yang mengira bahwa hanya kerja keras yang merupakan kunci ajaib, yang mampu membuka pintu untuk memenuhi keinginan-keinginan mereka.

Saya tegaskan, jangan ciptakan syarat atau tuntutan yang harus kamu selesaikan untuk menggapai kebahagiaanmu. Kita memang harus berbeda, dan jangan anggap kalian salah hanya karena berbeda dengan sebagian besar orang.

Have a nice day 🙂

Tinggalkan komentar